Rabu, 20 Juli 2011

TENUN MBOJO




muna tembe

rimpu

Dana Mbojo merupakan suatu daerah akan kekayaan budaya dan ada istiadat. Di mana dulu orang Bima mengenal tenunan sejak berdirinya Negara Islam di Bima pada 15 Rabiul awal 1050 H.Merupakan awal pertama kali masyarakat mbojo mengenal pembuatan tenunan biasa mereka menyebut “tembe”.dimana tujuan utama pembuatan tembe tersebut sebagai pakaian yang menutup auratnya serta sebagai motivasi peradaban keagamaan mereka pada zaman dulu. dimana tembe ini dikenal beberapa jenis yaitu tembe nggoli,tembe songke (sarung songket), tembe kafa naé,tembe meé (sarung hita).Tenunan ini merupakan salah satu hasil kerajinan khas daerah Mbojo Kabupaten Bima yang dikenal dibeberpa daerah.mengapa dikatakan tenunan tradisonal,karena pada setiap bahan pembuatan tersebut berasal dari ala-alat tradisional itu sendiri.salah satuh contoh alatnya itu seperti tampe, tandi,kuú,poro,cau, lihu,lira lili, dan lain-lain. pekerjaan tenunan ini dilakukan oleh kaum perempuan,remaja, dan ibu-ibu yang berada di daerah kabupaten bima, hampir disuluruh kecamatan di Kabupaten Bima kaum perempuan ,remaja dan ibu-ibu membuat kerjinan tenunan tembe khususya, didaerah kecamatan sape yang dikenal banyak warga pekerjaan tenunan, hampir disetiap rumah pekerjaaan tenunan itu memiliki beberapa unit peralatan tenun. selain diproduksi dikabupaten bima, tenunan ini dilakukan oleh setiap daerah yang ada di NTB, baik di Dompu,Sumbawa ,Lombok dan maupun provinsi lainya yang ada di Indonesia.         

Jenis dan fungsi tenunan Mbojo            

    Dimana jeniss dan fungsi tenunan Mbojo memilik banyak variasi ,dengan berbagai macam variasi dan corak motif tersendiri sangat digemari oleh masyarakat Bima . Tenunan Mbojo ini juga memiliki keistimewa tersendiri bagi masyarakat Mbojo. Jenis dan fungsi tenunan Mbojo dapat dibagi menjadi empat macam yaitu :
1. Tembe – Kain Sarung
Tembe merupakan salah satu hasil kerjinan oleh kaum penenun yang terbuat dari benang kapas (kafa). Tujuan utama tembe sebagai pakain yang menutup aurat, baik bagi kaum lelaki dan kaum perempuan.  Tembe (kain sarung) ini memiliki manfaat tersendiri yaitu dipakai dalam kehidupan sehari-hari maupun diperjualkan oleh masyarakat lokal setempat untuk  mengambil beberapa keuntungan dari hasil tenun. Biasnya oleh kaum ibu menjualnya mulai dari harga rendah (ncera) dan tinggi (nggali). Tembe – Kain Sarung , merupakan salah satu jenis barang yang sangat digemarin oleh masyarakat Mbojo maupun dalam pandangan Nusantara di Indonesia, dan ini sangat menjadikan salah satu ke unggulan masyarakat Mbojo, dan menjadikan intelektual mereka dalam mengembangkan motivasi dalam menenun selanjutnya. Bukan hanya itu ternyata dalam hasil tenun memberikan corak yang sangat beragumentasi pada pandangan Nusantara terutama pada era kesultanan sampai pada Tahun 1960-an. Ini sangat menjadikan momentum tersendiri untuk msyarakat Mbojo. Secara garis besar jenis dan fungsi Tembe-Kaing Sarung dapat dikelompokan menjadi beberapa bagian : 
a.       Tembe Songke (sarung songket)
tembe songke
Bahan baku tembe termaksud motif yang didatangkan dari luar daerah. Karena pada waktu  itu bahanya sangat minim sekali.  Dan pada kesultanan para pedagang Mbojo, membeli sejumlah benang untuk Tembe Songke dari berbagai daerah hinggal luar negeri seperti Malaka (malasya), dan Dana Bara (singapura). Fungsi Tembe Songke : untuk dipakai oleh kaum wanita ketika upacara adat,dan upacara keagamaan.
     b.   Tembe Kafa Naé
Tembe Kafa Na’e (sarung dari benang besa) yang berarti, sarung yang di tenun oleh penenun dari benang asli itu sendiri. Dan tidak seperti Kain – Sarung Songket bahanya berasal dari luar. Berdasarkan Motifnya, Tembe Kafa Naé dapat dikelopmpokan menjadi beberapa bagian yaitu :
v  Tembe Nggoli      
tembe nggoli
Dimana Tembe Nggoli, mulai dikenal banyak masyarakat sekitar tahun 1970-an. Tembe nggoli,adalah sarung khas tenunan bima. Yang terbuat dari berbagai benang kapas (katun), yang memiliki macam-macam warna serta memilik corak motif yang sangat indah dan menarik. Tembe nggoli ini biasanya dipakai dalam kehidupan sehari-hari maupun pada acara-acara resmi.  Bagi masyarakat Bima (Mbojo), memakai sarung sangat lazim bagi kaum lelaki dan kaum perempuan pada zaman dulu hingga sampai sekarang. Dimana cara memakai kain sarung antara kaum lelaki dan kaum perempuan sangat berbedah. Pada kaum lelaki mereka memakai sarung seperti hal dan layaknya oleh kaum pria Di Indonesia, dengan cara digulung ketat pada bagian perut atau pinggang,dan biasa orang mbojo menyebutkan “katente”. Sedangkan kaum wanita, sarung tidak digulng seperti hal nya dilakukan oleh kaum lelaki,melainkan dengan cara dilipat dan diselipkan.
v  Tembe Bali Mpida
Pada umumnya bermotif gari-garis lurus kecil, yang akan membentuk kotak-kotak segi empat ukuran kecil. Karena itu Tembe Kafa Naé diberi nama “Tembe Mbali Mpida”.
v  Tembe Bali Lombo
Tembe Bali Mpida merupakan Tembe Kafa Naé (sarung dari benang besa), motifnya berupa garis-garis lurus yang besar dan akan membentuk kotak-kotak besar pula.
v  Tembe Meé (sarung hitam)
Tembe Meé termaksud jenis kafa na’e yang warna dasarnya Meé (hitam)tanpa motif.

2. Sambolo (destar)
Sambolo sejenis ikat kepala tradisional Mbojo, untuk kaum laki-laki. Pada masa lalu merupakan hasil tenun unggulan setelah Tembe. Mulai usia remaja, kaum laki-laki wajib memakai Sambolo, bila tidak dianggap melanggar adat.
Sekitar Tahun 1950-an, muncul Sambolo jenis baru dibawa oleh para pedagang hewan (kuda) yang pulang dari Jawa Timur (Pasuruan, Probolinggo). Bahannya dari batik, cara memakainya sama dengan memakai blankon Jawa.  Sambolo motif Jawa itu oleh masyarakat diberi nama “Sambolo Bate” (Sambolo Batik). Tetapi kurang digemari oleh masyarakat lokal.
        Sejak zaman dulu kain tenunan atau sarung (tembe) dikenakan sebagai upacara adat maupun upacara perkawinan,sunatan dan lain-lain. keunggulan dan keistimewaan pada pada tenunan kain atau sarung ( tembe ) yang terletak pada corak dan motifnya yang memiliki beberapa seni kebudayaan. proses pembuatan tenunan mbojo ini hampir sama di berbagai daerah yang di NTB khusunya di seluruh wilayah Indonesia.dalam pembuatan tenuanan kain-sarung (tembe) nggoli,salungka,bugis, dan sarai ini memakan beberapa bulan proses pembuatnya, terkadang 4-6 bulan. dan itu tergantung pada mereka membuat kain-sarung ( tembe ) tersebut. dimana kain tenun nggoli,salungka,bugi, dan sarai ini menjadikan tenun yang istimewa bagi daerah Mbojo itu sendiri .Artinya, semua golongan boleh memakainya dengan corak memakai motif apapun, baik oleh kaum bangsawan maupun rakyat biasa, baik orangdewasa maupun anak-anak. hal ini menjadikan sebuah gambaran bahwa masyarakat mbojo kabupaten bima memiliki budaya yang sangat cenderung dan eteis.


PENULIS : UDIN SAPE BIMA
REFERENSI: ALAN MALINGI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar